PENDIDIKAN KARAKTER MERUPAKAN PENDIDIKAN MORAL BANGSA
Pendidikan
yang telah kita ketahui selama ini adalah pendidikan yang hanya pada ruang
lingkup pembelajaran atau transfer ilmu
dari sumber kepada sasaran pendidikan (objek dari pendidikan), namun
lebih jauh dari pengertian itu pendidikan tidak hanya pada ruang lingkup
devinisi itu saja, tapi di dalamnya terdapat sistem yang dapat merubah atau
membentuk karakter dan pradigma watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih
sopan dalam beretika maupun estetika dalam kehidupanya sebagai makhluk sosial.
Itulah hal yang paling urgen dalam pendidikan, bahkan itulah tujuan pertama nabi
Muhammad di utus kedunia. Namun kenyataanya, apa yang terjadi di era sekarang? Banyak
kita jumpai perilaku para anak didik (pelajar) yang tidak bisa mencapai
nilai itu, mereka kehilangan jati dirinya sebagai insan terdidik, salah satu
contoh realnya banyak pelajar yang sudah tidak mau menghormati orang yang telah
melahirkan kita, ataupun orang yang mendidik kita(guru) maupun sesame ( orang
yang sederajat). Dan yang paling sering di bicarakan (publikasikan) dalam
media-media, yaitu tawuran antar pelajar, itulah realitas yang terjadi dari
lingkungan terpelajar.
Hal yang seharusnya terjadi, bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak mulai dari kita, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, hubungan
dan educational networks yang mulai terputus tersebut perlu untuk kita sambung kembali. Dalam upaya membentuk karakter bangsa
dan pendidikan karakter yang telah kita perbincangkan secara teoritis tersebut
bisa teraplikasikan dalam kehidupan ,dan hal itu tidak akan berhasil selama tidak
ada kesinambungan dan keharmonisan satu sama lain antar lingkungan pendidikan,
keluarga, warga Negara secara umum. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga
sebagai lingkungan pertama dalam pembentukan karakter tersebut, harus lebih
diberdayakan, orang tua sebagai subjek yang harus mampu memberikan pengaruh
baik terhadap anak didik dari keluarga itu agar nantinya setelah sampai pada
lingkungan berikutnya moral yang sudah terbangun bisa di perkuat, dan tidak
akan roboh kembali. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali
menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat
belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan warrahmah). Yang mampu mengarahkan peserta didiknya dengan penuh
kasih sayang. Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah itu merupakan
follow up dari pembangunan karakter yang sebelumnya orang tua sebagai keluarga.
Sebagian dari nilai penting dari pendidikan itu yaitu Pemberian
penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang
melanggar dengan catatan memberikan sanksi yang mendidik (tidak asal-asalan),
Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase
education) dengan menerapkan karakter ke dalam setiap pelajaran yang ada pada
mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama,
Sejarah, Moral Pancasila, begetu juga dengan bahasa.
Selain pendidikan keluarga, dan pendidikan sekolah ada
juga yang sangat urgen dalam mempengaruhi karakter dan watak seseorang
yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika untuk
pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab, situasi kemasyarakatan dengan
sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat
secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini
dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama, maka dari
itu lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang baik pula begitu juga sebaliknya
lingkungan yang buruk akan berpengaruh buruk bagi kebaikan karakter itu
sendiri.
Jika lingkungan pendidikan yang di
sebutkan itu bisa memberikan nilai pisitif bagi objek pendidikan itu, maka
pembangunan karakter, moral, etika, itu akan menjadi lebih baik, dan akan
memberikan porsi yang banyak bagi objek
itu untuk membentuk karakter yang akhirnya akan selalu terhindar dari kecacatan
moral, menjadi insan yang berakhlakul Karimah, teguh pendirian, memiliki daya
integritas yang tinggi.
Diantara sistem yang sangat dominan
dalam pembentukan karakter yaitu, Desain pendidikan yang mengacu pada
pembebasan, penyadaran dan kreativitas sesungguhnya sejak masa kemerdekaan
sudah digagas oleh para pendidik kita, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad
Dahlan, Prof. HA. Mukti Ali, Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan praktek
pendidikan yang mengusung kompetensi/kodrat alam anak didik, bukan dengan
perintah paksaan,(di berikan kebebasan berfikir dan bertindak dari pendidikan
yang ada). Dapat kita ketahui bahwa sistem pendidikan yang seperti ini, adalah
sistem pendidikan dengan pendekatan "among"' yang mana sistem yang di
gunakan lebih menyentuh langsung pada tataran etika, perilaku yang tidak
terlepas dengan karakter atau watak seseorang. Begitu juga dengan Mukti Ali yang telah mendesain integrasi
kurikulum dengan penambahan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Namun
mengapa dunia pendidikan kita yang masih berkutat dengan problem internalnya,
seperti penyakit dikotomi, profesionalitas pendidiknya, sistem pendidikan yang
masih lemah, dan fasilitas sekolah yang kurang memadai.
Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa
melalui pendidikan mutlak sangat diperlukan, bahkan tidak bisa di pisahkan dan ditunda
dari kehidupan, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dengan meneladani
para tokoh yang memang patut untuk dicontoh, dengan itu pembangunan karakter
bangsa akan bisa di aplikasikan secara real dalam kehidupan kita. .
No comments :
Post a Comment