Wikipedia

Search results

Monday, June 3, 2013

Kumpulan Makalah Dan Skripsi

PENDIDIKAN KARAKTER MERUPAKAN PENDIDIKAN MORAL BANGSA

Pendidikan yang telah kita ketahui selama ini adalah pendidikan yang hanya pada ruang lingkup pembelajaran atau   transfer ilmu dari sumber kepada sasaran pendidikan (objek dari pendidikan), namun lebih jauh dari pengertian itu pendidikan tidak hanya pada ruang lingkup devinisi itu saja, tapi di dalamnya terdapat sistem yang dapat merubah atau membentuk karakter dan pradigma watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam beretika maupun estetika dalam kehidupanya sebagai makhluk sosial. Itulah hal yang paling urgen dalam pendidikan, bahkan itulah tujuan pertama nabi Muhammad di utus kedunia. Namun kenyataanya, apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik (pelajar) yang tidak bisa mencapai nilai itu, mereka kehilangan jati dirinya sebagai insan terdidik, salah satu contoh realnya banyak pelajar yang sudah tidak mau menghormati orang yang telah melahirkan kita, ataupun orang yang mendidik kita(guru) maupun sesame ( orang yang sederajat). Dan yang paling sering di bicarakan (publikasikan) dalam media-media, yaitu tawuran antar pelajar, itulah realitas yang terjadi dari lingkungan terpelajar.
Hal yang seharusnya terjadi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak mulai dari kita, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut perlu untuk kita sambung  kembali. Dalam upaya membentuk karakter bangsa dan pendidikan karakter yang telah kita perbincangkan secara teoritis tersebut bisa teraplikasikan dalam kehidupan ,dan hal itu tidak akan berhasil selama tidak ada kesinambungan dan keharmonisan satu sama lain antar lingkungan pendidikan, keluarga, warga Negara secara umum. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pertama dalam pembentukan karakter tersebut, harus lebih diberdayakan, orang tua sebagai subjek yang harus mampu memberikan pengaruh baik terhadap anak didik dari keluarga itu agar nantinya setelah sampai pada lingkungan berikutnya moral yang sudah terbangun bisa di perkuat, dan tidak akan roboh kembali. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Yang mampu mengarahkan peserta didiknya dengan penuh kasih sayang. Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah itu merupakan follow up dari pembangunan karakter yang sebelumnya orang tua sebagai keluarga.
Sebagian dari nilai penting dari pendidikan itu yaitu Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar  dengan catatan memberikan  sanksi yang mendidik (tidak asal-asalan), Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan karakter ke dalam setiap pelajaran yang ada pada mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila, begetu juga dengan bahasa.
Selain pendidikan keluarga, dan pendidikan sekolah ada juga yang sangat urgen dalam  mempengaruhi karakter dan watak seseorang yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab, situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama, maka dari itu lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang baik pula begitu juga sebaliknya lingkungan yang buruk akan berpengaruh buruk bagi kebaikan karakter itu sendiri.
Jika lingkungan pendidikan yang di sebutkan itu bisa memberikan nilai pisitif bagi objek pendidikan itu, maka pembangunan karakter, moral, etika, itu akan menjadi lebih baik, dan akan memberikan porsi yang  banyak bagi objek itu untuk membentuk karakter yang akhirnya akan selalu terhindar dari kecacatan moral, menjadi insan yang berakhlakul Karimah, teguh pendirian, memiliki daya integritas yang tinggi.
Diantara sistem yang sangat dominan dalam pembentukan karakter yaitu, Desain pendidikan yang mengacu pada pembebasan, penyadaran dan kreativitas sesungguhnya sejak masa kemerdekaan sudah digagas oleh para pendidik kita, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, Prof. HA. Mukti Ali, Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan praktek pendidikan yang mengusung kompetensi/kodrat alam anak didik, bukan dengan perintah paksaan,(di berikan kebebasan berfikir dan bertindak dari pendidikan yang ada). Dapat kita ketahui bahwa sistem pendidikan yang seperti ini, adalah sistem pendidikan dengan pendekatan  "among"' yang mana sistem yang di gunakan lebih menyentuh langsung pada tataran etika, perilaku yang tidak terlepas dengan karakter atau watak seseorang. Begitu juga dengan  Mukti Ali yang telah mendesain integrasi kurikulum dengan penambahan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Namun mengapa dunia pendidikan kita yang masih berkutat dengan problem internalnya, seperti penyakit dikotomi, profesionalitas pendidiknya, sistem pendidikan yang masih lemah, dan fasilitas sekolah yang kurang memadai.
Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak sangat  diperlukan, bahkan tidak bisa di pisahkan dan ditunda dari kehidupan, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh, dengan itu pembangunan karakter bangsa akan bisa di aplikasikan secara real dalam kehidupan kita.  .

No comments :

Post a Comment